Ahlan Wa Sahlan

Thursday 18 December 2014

syekh imad, yang dikenang kebaikannya

Yang Dikenang Kebaikannya…
Syekh Imad Iffat



Tulisan ini saya dedikasikan untuk syekh imad, syekh revolusi, beliau syahid dalam demonstrasi melawan rezim Husni Mubarak, pada bulan January 2011.

Beliau salah satu syekh saya di masjid al Azhar, Alhamdulillah diberikan kesempatan oleh Allah untuk menimba ilmu langsung dari beliau, walaupun tidak intens karena jadwal talaqqi tidak sinkron dengan jadwal kuliah, tetapi sungguh berkesan, akhlak dan ilmunya mashaAllah membuat saya berdecak kagum, Allah yarhamhu. Saya teringat kata kata salah satu ulama’ he he lupa namanya khuz min adabihi qabla ilmihi, ambil adabnya sebelum ilmunya, yupz jujur saya kerap memperhatikan gerak gerik beliau, bagaimana beliau duduk, berbicara, bersikap dengan anaknya, mashaAllah kata kata seindah akhlaknya, iman memang menentramkan hati yang berada di sekitarnya, ini salah satu umatmu, bagaimana jika berjumpa engkau ya Rasul? Allaaaah.

Hmm…yang pernah berjumpa beliau kesan pertama adalah wajah bersinar, yeah that’s right..saya pernah naik qitor di hay sabi’ dengan Arma dan yuk Mirah (harap mereka tidak marah karena memensyen nama mereka di tulisan ini) melihat syekh Imad di qitor berdiri, saya pun mempersilahkan beliau duduk menggantikan tempat duduk, namun beliau menolak dengan alasan wanita lebih berhak, dan kami pun bertegur sapa, ketika kami turun, Arma menanyakan siapa beliau? Wajah nya bersinar sekali yuk yo? Katanya…ooooo ini bukan kalimat pertama saya dengar…masyaAllah Allahumma nawwir qabrahu, wa nawwir wajhah…pelajarannya syekh Imad sebagai sekertaris di darul ifta’ pun tidak segan untuk naik kenderaan umum dan berdiri, pangkat hanyalah ujian, isu isu beredar, beliau bakal di angkat sebagai mufti mesir menggantikan syekh Ali jum’ah…namun syahid lebih merinduimu syekh.

Berbicara tentang akhlaknya, saya pernah satu daurah (kaligrafi) bersama beliau di darul ifta’ yang mana trainernya didatangkan dari Marocco, syekh Bel’id Hamidy, kebetulan tulisan saya cukup baik, mungkin karena berasal dari Indonesia yang sudah menjadi rahasia umum dalam hal tulis menulis lebih rapi dari penduduk setempat, syekh Imad tidak segan bertanya ‘ya binti ma ro’yuki hadza?’ anak ku apa pendapatmu tentang ini? sambil memperlihatkan tulisan beliau, hmmm…jawabku ragu ragu, syekh: yeah katakan…saya di sini tolibul ilmi sama sepertimu, kalau tidak keberatan tolong ajarkan saya, lanjutnya, Allahu Akbar!!! Kemudian saya jelaskan syekh yang ini kurang miring..yang ini terlalu bla bla bla, kemudian beliau akan mengulangi dan memperlihatan kembali hasil tulisannya, terus begitu sampai saya mengatakan na’am, kemudian selalu di akhiri kata kata jazakillah khair wal jannah…semoga Allah balas dengan kebaikan dan syurga, dan satu lagi beliau tidak akan meminta saya mengajarkannya sampai submit hasil tulisanku kepada syekh bil’id, takut menggangggu sepertinya, Allahu Akbar…syekh mentarbiyah saya  tentang tawadu’ setinggi apapun ilmu yang dimiliki, karena hakikat ilmu adalah yang mendekatkan kita kepadaNya, bukan yang melampoi hingga memakai pakaianNya, terkadang hanya dengan embel embel lc, MA..telah membuat kita merasa tinggi, lebih baik, lebih cerdas, lebih hebat, dan lebih lebih yang lain, Subhanallah.

Ketika peristiwa peledakan bom Israel terhadap kapal palestina yang membawa pasokan bahan makanan, beliau tiba tiba masuk “natawaqqaf addirosah ila haddin maa hattaa yatahassan alghozah” pembelajaran kita hentikan sementara sampai keadaan gaza membaik…kecewa pastinya..skip kuliah untuk hadir di majelis beliau dan ternyata pun cancel…waktu itu pembelajaran benar benar dihentikan sampai berbulan dan sampai keadaan gaza benar benar membaik, logikaku bermain..kenapa pembelajaran harus dihentikan? Bukannya dengan peristiwa tersebut justru mendorong kita untuk terus belajar? Sebagaimana termaktub dalam Alquran surat Attaubah, ada yang berjihad dan ada yang bertafaqquh, bukankah  dengan peristiwa tersebut kita cukup mensupport mereka dengan doa dan materi tanpa meninggalkan pembelajaran? Pikirku kala itu…sungguh beliau melakukan hal tersebut karena ingin mentarbiyah kami arti sebuah ukhuwah, bahwa jika saudara kita ada yang sakit maka kita pun merasakan sakitnya, saudara kita tertimpa musibah kita pun turut menanggung, Allahu Akbar…Allahummarham syekhiiii ya Allah. Refleksi…bab ukhuwah tamam, ta’aruf, ta’awun, takaful, tapi sudahkah mengaplikasikannya dengan nyata atau masih sebatas teori? Benci Zionist tapi masih tetap mendanai pemboman ke Palestina? Atau di saat teman membutuhkan bantuan kita, jawaban yang sering kita berikan..afwan ana sibuk, afwan ana lagi ngerjain assignment..Islamize your life!

Beliau simple, Terkadang beliau memberikan pertanyaan tentang nahwu, kemudian memberikan hadiah bagi yang bisa menjawab, hadiahnya simple hanya 25, 50 qirsy, dan yang paling besar seingatku 1 pond, namun dengan yang hadiah yang tak seberapa itu sungguh membuat bahagia yang menerimanya, menciumi, diusap usap, tabarruk. Sayang saya belum mendapat kesempatan itu, he he lemot…catet hadiah tidak mesti besar (he he kalau besar lagi baik..slank melayu) tapi keikhlasan yang diutamakan, memberikan hadiah salah satu tanda kalau kita sayang, sudah berapa sering mengaplikasikan nya?





Tolib najib (pelajar sukses) adalah tolib yang menggunakan waktu dengan sebaik baiknya, bukan menghabiskan nya untuk menonton sesuatu yang tidak ada manfaatnya untuk agama, katanya ketika membahas bab infak, otomatis semua menunduk, ada yang senyam senyum, saya sih bukan sepakbola lovers, tapi sosmed lovers hihihi..tersentil. oh ya waktu itu mesir menjadi tuan rumah dalam pertandingan sepak bola se Afrika, mesir menang sih. Alhamdulillah. Catet Rasulullah said min husni islamil mar’I tarku mala ya’ni, meninggal sesuatu yang tidak penting, mampu?

Terakhir…sebelum safar ke Indonesia, saya sempat menemui beliau di masjid Sulton di Sayyidah Aisyah, pamit dan memohon do’a sambil memberikan beberapa foto bersama waktu daurah dahulu, sayang foto foto tersebut tidak bisa saya tampilkan di sini karena laptop rusak, dan tidak ada back up…seminggu sebelum beliau syahid kami sempat berinterkasi di facebook, menanyakan kabar dan biasa selalu ada doa di akhir pembicaraan beliau, sehingga pada tanggal januari, sebelum subuh handphone berdering, Mona teman talaqqi mengabarkan bahwa syekh Imad syahid..Allahu Akbar..dengan segera saya membuka berita dan fesbuk..menstalking tulisan tulisan terakhir beliau di fesbuk…’saya mencium bau syurga di medan tahrir’ tulis beliau, benar beliau syahid disana, ‘fa’idza qotaltum fa’ahsinu alqatlah’ ini adalah terakhir tulisan beliau, seandainya mereka yang menembak syekh Imad pernah bertemu, mengikuti majelis beliau walau sekali, sungguh ia kan jatuh cinta dengan kedalaman ilmu dan akhlak beliau, ia kan menyesal dengan penyesalan yang melangit telah melakukan hal itu, benar ilmu ditarik dengan ditariknya ulama’, Allaaaah selama saya bertalaqqi di al Azhar, beliau satu satunya syekh (menurut saya, mungkin salah) yang mengajarkan ilmu dengan detail, dari nahwu, fiqh dan usul fiqh..bukti beliau ta’ammuq dalam segala bidang.

Ramadhan kemarin saya umroh, setiap kali menyebut nama beliau dalam do’a (bukan bermaksud riya’), air mata selalu tumpah mengingat kebaikan beliau, setiap kali…dan setiap kali…mungkin syekh tidak mengingat saya, namun beliau selalu ada di hati, dan di hati temen temen, saya bersaksi bahwa syekh Imad adalah orang saleh, orang muttaqin, terimalah amal ibadahnya, masuk kan lah beliau ke dalam Syurgamu bersama para nabi dan rasulmu ya Allah.
Pelajaran yang paling berharga dari beliau, terus menebar ilmu dengan ikhlas, tanpa pamrih, tanpa berharap apapun selain ridho Allah. Dari sini saya berazzam mempunyai halaqah ilmu berkontinyu, menshare ilmu apa yang didapat, harap keberkahan dan ridho Mu saja Allahummardini wa waffiq.                                                                                              

  IIUM, 8 desember 2014.

0 comments:

Post a Comment